Sabtu, 01 Maret 2014

5 Puisi Kereta di Harian Indo Pos




5 Puisi Kereta di Rubrik HariPuisi - Koran Indo Pos, 31 Agustus 2013

KEKASIH KERETA

Puisi Setiyo Bardono

dengan patahan rel yang terlunta di persilangan duka,
ia menggores sepasang larik alis mata.

dengan kepingan cat yang terkelupas di bahu kereta,
ia memulas bibir dan memercikkan rona di pipinya.

bening mata memutarkan binar bersahaja,
ketika cahaya laju merambati lajur alisnya.

ditelan derak, tak henti ia membelai wajah kekasihnya,
seolah ingin mengakrabi retak ngilu di hati jiwanya.

Depok - Gondangdia, 140509
-----------------------------------

KESABARAN IBU

Puisi Setiyo Bardono

setiap kali penantian melumuti peron
aku selalu terkenang nasihat ibu
ketika melepas kepergianku menuju kota

"Belajarlah kesabaran dari kereta."

dan akhirnya aku tahu,
mengapa engkau tak pernah mau
mengantar aku hingga tepian jalan raya
apalagi sampai di gerbang stasiun tua.

ternyata engkau ingin lekas menanak airmata,
sebagai ragu yang terselipi rasa percaya,
sebagaimana gelisah perempuan di separuh jiwa.

setiap kali penantian melumuti peron
aku selalu terkenang kesabaran ibu
yang tak pernah mengenal keluh kata
walau kenakalan terlalu sering sesakkan dada.

setiap kali penantian melumuti peron
kuselipkan wajah ibu di sesak puisiku.

Stasiun Manggarai, 060409
-----------------------------------

RANJANG IBU

Puisi Setiyo Bardono

berderit sekujur lorong rahimmu
disesaki sepasang ranjang bambu

menyibak tubuh-tubuh sepenuh ngilu
kutafsir mimpir buruk di pagi laju

lamat kudengar rintih ibu
terjebak di ruas-ruas bambu

Ada yang meraut harapan diseok langkah
serapi bilah-bilah membaringkan lelah

samar-samar kubaca selarik puisi cinta
meruapkan sesuap pencarian tak kenal tua.

seperti menimang resah tiada terkira,
harusnya ibu lelap dengan senyum bahagia.

Stasiun Depok-Gondangdia, 120509
-----------------------------------

MERAYAPI GELAP

Puisi Setiyo Bardono

tubuhtubuh merayapi gelap kereta
mengendus aroma kayu papan nama
stasiun yang mungkin tidak tertera
di karcis basah terlumat dera

ada yang diamdiam membangun
sarang dari remahremah mimpi
ketika lelah menyergap lamun

kuharap tak ada amuk ayunan sapu
pada sarang yang mengerus kakikaki buku

ibu, anakmu tergagap dalam pencarian makna
terlunta dalam bising riuh pusaran kata.

Stasiun Kota-Gondangdia, 130609
-----------------------------------

PEREMPUAN, AJARI AKU MENAKAR BIMBANG

Puisi Setiyo Bardono

perempuan, berdirilah di pelupuk kantuk
ajari aku menakar bimbang bertumpuk.

biar kubaca lingkar tahun di parasmu,
adakah itu serenta risau di jiwaku.

perempuan, tersenyumlah di pelupuk kantuk
ajari aku menakar bimbang bertumpuk.

biar kueja gurat letih di wajahmu,
adakah itu sekental gulau di hatiku.

perempuan, terkantuklah di pelupuk kantuk
ajari aku menukar bimbang bertumpuk.

biar kutuntun selarik harapan di mimpimu,
menuju tidur yang membangunkan lelapku.

Stasiun Gondangdia-depok, 080109
-----------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar